Bali, 14 Maret 2019 – PT. Equnix Business Solutions, penyedia layanan teknologi informasi berbasiskan Open Source seperti PostgreSQL dan Linux, menggelar kampanye edukasi di beberapa kampus di pulau dewata, Bali, dengan tema “Kampanye Open Source Untuk Meningkatkan Daya Saing Technopreneur”. Kampanye edukasi tersebut dimulai dari Universitas Pendidikan Nasional pada 13 Maret 2019, lalu disusul Universitas Dhyana Pura pada 14 Maret 2019, dan diakhiri di Universitas Udayana pada 15 Maret 2019.
Kampanye edukasi di pulau Dewata merupakan roadshow yang ke-5 setelah sebelumnya digelar di Malang, Surabaya, Kediri, Semarang dan Yogyakarta. Tujuan kampanye edukasi ke kampus bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada para mahasiswa tentang pentingnya penguasaan Teknologi Informasi melalui penguasaan software Open Source sebagai solusi alternatif yang turut berperan penting dalam bisnis TI, serta tentu saja agar kita dapat tetap mandiri dan berdaulat. Kampanye edukasi ini juga diharapkan dapat membuka wawasan para mahasiswa agar mampu mengambangkan diri dan membangun kreatifitas yang dapat mendorong para mahasiswa menjadi seorang technopreneur melalui kerjasama pelatihan, mentoring, dan magang serta peluang membangun jaringan lembaga riset berbasis Open Source.
“Kami memahami lingkungan pendidikan tinggi perlu mengetahui apa yang terjadi di dunia bisnis saat ini. Banyak sekali perubahan yang membutuhkan kegesitan dalam merespon, menyikapi maupun menjawab perubahan tersebut,” ujar Julyanto Sutandang, CEO PT. Equnix Business Solutions. Julyanto juga menambahkan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak sarjana yang bersedia melakukan riset secara mendalam dan pengembangan software Open Source sehingga memampukan kemandirian dalam hal solusi dan sumber daya TI.
Salah satu tantangan Indonesia menyambut Revolusi Industri 4.0 adalah kesiapan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang dirasa belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mencapai potensi ekonomi digital sebesar US$150 miliar pada 2025. Berdasarkan data keluaran BPS, Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) nasional 2017 masih rendah yakni di level 4,99 dari skala 1-10. Sedangkan di tingkat global, Indonesia berada di urutan ke-45 dari 140 negara atau ke-4 di wilayah Asia Tenggara di dalam daftar The Global Competitiveness Report 2018 keluaran World Economic Forum. Sementara di sisi wirausaha, Indonesia disebutkan baru memiliki pengusaha sebanyak 1,65% dari populasi jumlah penduduk dan diperkirakan hanya sekitar 0,43% di antaranya berbasis teknologi atau technopreneur.
“Diperlukan pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk mencetak sumber daya manusia yang berdaya saing di Revolusi Industri 4.0. Diharapkan para mahasiswa memiliki pemahaman tentang keunggulan software Open Source dan kebutuhan sumber daya TI di dunia bisnis, serta memberikan gambaran alternatif bisnis yang dapat dikembangkan oleh para lulusan TI untuk menjadi technopreneur,” kata Prof. Ir. Ngakan Putu Gede Suardana, MT, Ph.D, Dekan Fakultas Teknik, Universitas Udayana.
Software berbasiskan Open Source menjadi alternatif menarik dibandingkan dengan software komersial berlisensi yang cenderung memonopoli pasar. Kegiatan monopoli adalah kontra produktif, terutama dalam model pasar yang bebas, karena tidak adanya persaingan yang sehat sehingga efisiensi menjadi rendah dan hampir tidak ada ruang negosiasi untuk mengefisiensikan biaya dan meningkatkan layanan. Dalam dunia TI ada komunitas gerakan Open Source - dengan semangat berbagi - dan menolak cara lisensi berbayar software yang cenderung memberatkan penggunanya.
Software Open Source memberi udara segar di Indonesia dengan memungkinkan penggunaan software legal tanpa biaya lisensi. Keuntungan menggunakan teknologi berbasis Open Source adalah kemandirian. Tidak ada ketergantungan, paksaan, maupun kepasrahan karena tidak memiliki pilihan. Software berbasis Open Source memberikan kebebasan, pilihan, kejujuran, kemerdekaan, tanpa ada ketergantungan terhadap vendor. Implementasi software berbasiskan Open Source telah menjadi solusi alternatif di banyak infrastruktur TI dan memberikan keuntungan lebih baik. Dengan demikian, para peserta konferensi hadir secara independen tanpa aliansi industri sehingga mampu menyuguhkan pandangan yang realistis.
Software Open Source adalah jawaban dari ketimpangan sistem lisensi software yang cenderung kurang adil dan bersifat kapitalistik. Ke depannya, Open Source akan semakin tersebar merata ke seluruh sudut kehidupan manusia. Software Open Source juga akan semakin kuat berkembang dan menyeimbangkan industri software dan TI agar tercipta pemerataan akses informasi, kesempatan, dan pada akhirnya kesejahteraan seluruh umat manusia.