Apa yang menjadi dasar legitimasi dari penggunaan software yang berasal dari komunitas Open Source? Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh para pemegang keputusan ketika dihadapkan dengan kenyataan untuk mau tidak mau harus menggunakan software Open Source. Mau tidak mau harus pakai, adalah suatu kondisi yang sangat tidak mengenakkan, tetapi tidak bisa tidak kita harus hadapi. Kompetitor kita sudah menggunakannya, kalau kita tidak juga menggunakannya maka nantinya akan menjadi kekurangan kita. Dengan mengetahui atau setidaknya memahami dasar legitimasinya, kita dapat mengambil keputusan dengan lebih bijak dan mantap.

Untuk memahami dasar legitimasi tersebut, marilah kita pahami terlebih dahulu tentang apa dan mengapa Open Source? Tidak seperti umumnya orang-orang mempercayai kalau software Open Source itu gratis, bahwasannya tidak gratis atau lebih tepatnya tidak ada urusan dengan gratis atau tidak. Open Source bukan organisasi charity, bukan juga organisasi orang baik yang mencoba memberikan keuntungan bisnis pada orang lain sementara dirinya tidak. Memahami apa itu komunitas Open Source adalah titik utama untuk memahami bangunan penggunaan Open Source dalam bisnis.

Open Source dapat dilihat sebagai sebuah komunitas, terbentuk oleh adanya kesamaan visi, pengertian maupun tujuan, tidak harus sepenuhnya, boleh saja parsial karena tidak ada konteks keanggotaan yang kaku, semuanya cair. Sebagai sebuah komunitas yang memiliki tujuan, maka memiliki “gerakan” (movement), gerakan ini yang menjadi dasar dibangunnya komunitas yang lebih solid dan menjadi wadah terbentuknya software Open Source tersebut. Komunitas Open Source yang dimaksud ini adalah komunitas yang sosial dan semua anggota di dalamnya adalah relawan yang memiliki dedikasi tinggi untuk pengembangan software tersebut.

Gerakan yang menjadi dasar dibangunnya komunitas tersebut tidak melulu bersifat politik, bisa saja karena adanya ketidakpuasan seseorang terhadap sebuah software yang dipergunakan, kemudian ingin membuat software serupa yang lebih baik dan mengajak orang lain berkolaborasi dan tidak terasa jadilah sebuah software yang sangat baik kualitasnya dan dapat digunakan dalam bisnis. Secara umum, gerakan Open Source melakukan balance act atau mungkin malah countermeasure terhadap apa yang dilakukan oleh proprietary software: product ownership, closed source, commercial license, dll.

Tidak semua komunitas Open Source menghasilkan software yang dapat digunakan dalam bisnis, sementara hampir semua komunitas Open Source tidak memiliki tujuan membangun software hanya untuk kepentingan atau kebutuhan bisnis. Umumnya, komunitas Open Source dibangun untuk memenuhi kebutuhan aspek teknis atau tujuan non bisnis. Komunitas terbuka akan mudah terpecah bilamana ada muatan bisnis yang melatarbelakangi sebuah aktivitas yang berbasiskan komunitas sosial.

Lalu mengapa Open Source disebut dapat digunakan dalam lingkungan bisnis? Sementara intensi awalnya tidak untuk kebutuhan bisnis? Pertanyaannya yang tidak dapat dijawab hanya dengan satu atau dua kalimat.

Sampai di sini, kita memahami bahwasanya Open Source adalah sebuah gerakan sosial yang bertujuan non bisnis, membangun software (umumnya) demi keunggulan teknologi dan kegunaan terbaik untuk masyarakat secara umum. Untuk mendukung tujuan gerakan tersebut, maka diciptakanlah sebuah aturan legal yang disebut sebagai copyleft, lisensi software yang secara umum memiliki statement:

  1. Memperbolehkan siapapun untuk menggunakan dan memodifikasinya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
  2. Tidak ada biaya apapun yang dikeluarkan untuk menggunakan software tersebut.
  3. Tidak ada garansi yang dilakukan oleh komunitas atas penggunaan software tersebut.

Lisensi yang dianggap sesuai dengan Open Source, per definisi dari Open Source Initiative dapat dilihat pada website berikut: https://opensource.org/licenses terdapat lebih dari 100 lisensi yang sudah diapproved. Bilamana kita membayangkan terdapat tulisan MySQL atau semacamnya, mungkin akan kecewa, karena tidak sesuai dengan definisi Open Source dari OSI. Jadi apakah MySQL bukan Open Source? Secara terminologi bukan, karena tidak masuk ke dalam list tersebut, namun secara pengertian harfiah, dimana kita masih dapat akses ke dalam source codenya, mungkin saja bisa dianggap demikian. Namun, perlu diingat, Open Source adalah terminologi, bukan gabungan kata Open dan Source saja.