Webinar Series| Equnix Business Solutions

Resume Equnix Weekly TechTalk 2021
"Myth-buster: Build Enterprise Level Data Center is More Expensive than Using Cloud?"

Equnix Weekly Techtalk 2021 episode 4 minggu ini membahas mengenai mitos apakah benar membangun enterprise level data center itu lebih mahal dari cloud services? Topik ini dibawakan oleh CEO Equnix, Pak Julyanto Sutandang. Pembahasan dimulai dari definisi “Enterprise Level Data Center” dan apa saja tantangan yang dihadapi dalam membangun dan me-maintain Data Center tersebut. Lalu, materi dilanjutkan dengan penjelasan mengenai perbandingan antara apa yang cloud tawarkan dengan apa yang didapatkan dari data center. Dari mulai on premise data center hingga software as services yang disediakan oleh penyedia cloud services. Pak Julyanto menyatakan bahwa ada ‘jalan tengah’ diantara pilihan membangun data center atau cloud services, yaitu dengan Managed Service Enterprise Cloud. Dengan layanan ini perusahaan akan mendapatkan private data center, disertai tim administrator yang handal dan profesional. Segala kebutuhan maintenance akan disediakan oleh vendor, sehingga perusahaan bisa mendapatkan kendali penuh dari sistem tanpa perlu bingung memikirkan resource untuk me-maintain data center.

Pemaparan materi berlangsung selama 30 menit, lalu dilanjutkan dengan Q&A Session. Para peserta webinar pada episode ini terlihat sangat antusias. Banyak sekali pertanyaan yang masuk dari IT professionals yang berasal dari berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, lembaga pendidikan, hingga perusahaan.

Turut bergabung juga Pak I Made Wiryana, Praktisi IT, Konsultan IT, dan juga merangkap sebagai Akademisi, dosen Universitas Gunadarma. Pak Made membahas tentang apa saja yang menjadi penentu dari kebutuhan data center dan tantangan dalam implementasinya di Indonesia. Menurut Pak Made langkah pertama yang harus dilakukan adalah self-assessment. Mengetahui kebutuhan dan keadaan perusahaan itu seperti apa. Perusahaan saya meletakkan data sebagai sesuatu yang kritis atau tidak? Seberapa penting business process perusahaan? Apakah memiliki SDM yang mumpuni? Sebuah organisasi harus mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini sebelum menentukan apakah akan menggunakan cloud service atau membangun data center. Kemudian, tantangan terbesar dalam implementasi data center di Indonesia adalah mendapatkan SDM berkualitas yang mampu me-maintain enterprise-level data center. Perusahaan bisa saja membeli rak server berapapun. Namun, untuk mendapatkan SDM yang mampu me-maintain data center, diperlukan keahlian dan pengalaman bertahun-tahun.

Webinar kali ini dimeriahkan oleh 3 sponsor kami yaitu AMD, HPE, dan Gigabyte. AMD adalah perusahaan dari US, mereka adalah satu-satunya perusahaan di dunia dengan high-performance compute dan high-performance graphics technology dengan keahlian untuk menggabungkannya ke dalam custom solutions. HPE adalah perusahaan penyedia produk dan layanan tingkat enterprise yang menyediakan server, storage, networking, konsultasi dan support, dengan lebih dari 17000 ahli dan ratusan partner ecosystem di seluruh dunia. Gigabyte adalah perusahaan Leader pada high-performance servers dan workstations dari Taiwan. Dengan lebih dari 40 server dan motherboard server siap untuk Arsitektur baru untuk Pusat Data modern.

Sama seperti episode minggu lalu, episode webinar kali ini pun kami memberikan giveaway kepada beberapa peserta yang beruntung. Special giveaway kami berikan pada Pak Mashum Abdul Jabbar dan Pak Fiertra Cahya sebagai peserta webinar dengan best questions. Di akhir acara juga dimeriahkan dengan Pop Quiz berhadiah. Banyak peserta yang dengan antusias menjawab pertanyaan yang kami berikan. Selamat kepada Pak Budi Hertanto dan Pak Budi Hermawan sebagai pemenang Pop Quiz Equnix Weekly TechTalk Episode 4. Kepada keempat pemenang masing-masing mendapatkan saldo Astrapay sebesar Rp 500.000!

Dibawah ini adalah dokumentasi QnA yang menarik antara Pembicara dan Peserta.

Mashum Abdul Jabbar

Q: Sebagai BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang punya kebijakan tidak bisa store data di Cloud dan Data Center, harus On Premise di gedung sendiri, bagaimana challenge untuk hal tersebut, dan apakah akan sangat mahal ketika membangun high availability and reliability nya?


A: Pada dasarnya membangun data center merupakan suatu investasi yang mahal, dibutuhkan biaya yang tinggi hanya untuk membangun beberapa rak. Saya sarankan untuk menggunakan Managed Services Enterprise Cloud. Fasilitas fisik bukan milik sendiri, untuk server boleh milik sendiri atau bisa juga sewa, namun ownership kita 100% terhadap sistem dan vendor akan melaksanakan tugas sebagai provider atau administrator bagi pemilik sistem. Dengan menggunakan layanan ini kita tidak lagi dipusingkan dengan fasilitas fisik maupun resource untuk me-maintain data center, karena semuanya akan disediakan oleh vendor.

Aditya Indra Permana

Q: Apa tantangan terbesar dalam migrasi data center yang sebelumnya on premise menjadi cloud computing ?


A: Tergantung seberapa besar ukuran data center dan bagaimana mekanisme yang diperbolehkan untuk memindahkan, apakah satu per satu atau sekaligus semua. Tantangan terbesar adalah saat data transfer, karena data transfer berkaitan dengan downtime. Kita harus mengatur strategi transfer datanya seperti apa. Namun, saya sarankan untuk tidak pindah ke cloud, lebih baik tetap gunakan on premise dan serahkan pekerjaan maintenance, seperti administrasi database, administrasi jaringan, administrasi OS, patches, tuning, hardening, security, ke pihak ketiga.

Yong Ong

Q: Apabila meletakkan data center on cloud apakah masih perlu dilakukan HA baik secara hardware atau software?


A: Ya tetap harus dilakukan. On cloud itu hanya memindahkan dari on premise ke sebuah data center lain yang juga sebetulnya sebuah fasilitas fisik yang memiliki VM sehingga tidak benar-benar menggunakan VM 100%. Tidak ada jaminan sistem tidak akan pernah mati. Bapak hanya bisa memiliki itu jika Bapak memiliki fault tolerant server. Jika tidak punya maka tetap harus menggunakan HA.

Yong Ong

Q: Kendala terbesar dari cloud data center adalah koneksi internet, menurut pengalaman bapak bagaimana mengatasi hal ini selain hybrid cloud? Apakah dengan adanya data center besar yang di bangun di indonesia, dapat mengurangi problem internet ini?


A: Ya, karena kita seringkali menggunakan cloud dari luar, kita mengirim data ke luar yang menyebabkan terjadinya back and forth data yang cukup masif, dan itu sebetulnya tidak menguntungkan buat kita. Maka dari itu, dengan adanya data center di Indonesia dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

Yong Ong

Q: Apakah proses tuning dari PostgreSQL on premise dengan on cloud sama?


A: Sama saja, karena tetap sama PostgreSQL. Di cloud dan di physical tidak ada beda yang berarti, selain dari hardwarenya virtual. Hardware virtual tersebut pun akan mengakses hardware physical sehingga proses tuning-nya sama. Bedanya Bapak harus pastikan bahwa di dalam VM itu, tidak ada write cache, kedua, harus memahami bahwa menggunakan VM itu sebetulnya akan lebih lambat dari kita gunakan bare metal. Karena ketika menggunakan VM maka semuanya akan di virtualisasi termasuk akses ke disk yang mana akan semakin lambat.

Fiertra Cahya

Q: Pada komparasi TCO apakah sudah mem-factor-in: SW Licenses (OS, DB) dan Cost untuk menjaga SLA (HA system, DR system)?


A: Pada dasarnya sudah, jadi yang tadi kita bandingkan antara Cloud Services dan Managed Services Colocation. Managed Services Colocation ini juga pada dasarnya “cloud service” namun ini adalah enterprise level cloud services. Saya bandingkan cloud services dari luar, berdasarkan harga on the web dan perhitungan managed services colocation secara riil, sudah termasuk dengan biaya maintenance. Maka didapatkan bahwa Managed Services Colocation membutuhkan biaya yang lebih rendah daripada Cloud services. Walaupun biayanya lebih rendah, secara availability sistem terkait pada data center facility, kita tetap gunakan sistem yang setara, tier 3 atau tier 4.

Nanang Harijanto

Q: Mana yang lebih baik cloud atau pusat data?


A: Baik itu cloud service maupun data center, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Namun, dari kedua pilihan tersebut terdapat jalan tengah yaitu Managed Services Enterprise Cloud. Dimana perusahaan memiliki kendali penuh atas sistemnya, namun tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk membangun fasilitas fisik.

Nanang Harijanto

Q: Berapa perbedaan biaya untuk membangun data center dan cloud?


A: Tergantung seberapa besar sistem yang akan dibangun. Jika ratusan server maka lebih baik membangun data center sendiri, jika hanya beberapa core saja lebih baik cloud. Tergantung jumlahnya penggunaannya.

Nanang Harijanto

Q: Apa Kelebihan dan Kelemahan Cloud Computing vs Data Center?


A: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cloud services cocok dengan penggunaan dalam jumlah kecil. Biaya yang dikeluarkan pun akan lebih murah. Namun, jika perusahaan memiliki kebutuhan penggunaan yang besar, maka lebih baik membangun data center sendiri karena ketersediaan sistem akan lebih terjamin.

Noviyanto Wijaya

Q: Data center level enterprise itu seperti apa? kira-kira apa perimeter yang menentukan sebuah DC itu berlevel enterprise?


A: Enterprise level yang dimaksud disini adalah sebuah layanan yang memiliki kualifikasi compliance dengan Reliability, Availability, dan Scalability. Tidak kalah pentingnya juga adalah tier berapa yang dipakai, apakah tier 3 atau tier 4. Jika belum memenuhi kriteria tersebut maka belum bisa disebut enterprise level.

Rahmat Eka Putra

Q: Pada cloud computing, jumlah IT project yang berjalan tidak mempengaruhi billing cost. Bagaimana dengan offering equnix untuk managed cloud service dimana sudah include dengan tim operasional virtual? contoh untuk system 128 Core untuk 5 Project Vs untuk 10 Project


A: Jumlah IT Project tidak pengaruh pada billing cost saya kira tidak juga. Kalau pembelian sekaligus banyak mungkin tidak berpengaruh, saya kira sama dengan managed service colocation jika tidak tambah core, tidak pengaruh. Pada dasarnya yang kita tawarkan pun sama, dan bahkan lebih sederhana, karena cloud service itu menggunakan virtual core bukan physical core, tidak one on one dengan hyperthread, bisa saja lebih rendah. Dengan perhitungan yang sama managed service bisa lebih bagus performancenya daripada cloud service.
Kemungkinan yang dimaksud dari penanya itu adalah penggunaan resource cloud yang sharing antara 1 project dengan project lainnya, apakah itu projectnya masih dalam tahap development atau baru testing? Konteks diskusi kita adalah penggunaan Computing resource untuk production system, yang tentunya berkelas Enterprises, bukan yang masih development atau testing.

Rahmat Eka Putra

Q: Bisa berikan gambaran model billing cyclenya dari offering equnix?apakah bisa bulanan?


A: Model billing cycle sama, based one OPEX, monthly atau yearly berdasarkan penggunaan resource, jumlah core, memory, dst.

Recording:

Presentation Slides:

Terima kasih atas entusiasnya! Kami sangat menghargai kehadiran anda. Semoga materi yang diberikan dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi anda dan kami memohon maaf bilamana ada ketidaknyamanan atau kendala selama Webinar.

Silahkan hubungi kami bilamana ada pertanyaan, Anda dapat kontak tim kami yaitu Agatha Calysta @0811 888 0146 atau Yudha Erlangga @0811 888 0147 untuk penjelasan yang lebih lengkap. Kami senang untuk membantu anda!

Equnix akan mengadakan weekly webinar, ikuti terus acara kami untuk mengetahui bagaimana Open Source Technology memiliki banyak solusi yang menarik bagi dunia bisnis. Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi website kami di https://equnix.asia/webinar2021 untuk melihat jadwal lengkapnya.

Apabila ada yang ingin memberikan komentar terkait acara webinar kami, silahkan follow dan berkomentar pada akun twitter, instagram, facebook kami dan Bapak/Ibu dapat join group telegram Equnix Weekly TechTalk dengan link https://t.me/joinchat/kmnWFgkQD1w0Zjg1